Penulis adalah Relawan Literasi Masyarakat (Relima) yang diamanahkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mendampingi perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) penerima bantuan di lokus Kabupaten Sinjai. Selain Relima, Penulis juga adalah pengelola TBM Karlos sejak tahun 2020 yang menjadi wadah berbagai kegiatan literasi terutama wilayah Desa Palae seperti lapak buku, pelatihan menulis, read a load, pelatihan keterampilan, bimbingan belajar dan kegiatan literasi lainnya. Tugas sebagai Relima yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI bukan hanya memastikan bantuan dari perpusnas tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh perpustakaan Desa atau TBM yang ada di Kabupaten Sinjai, tetapi juga membangun budaya baca, advokasi ke sejumlah Instansi terkait untuk melakukan perluasan jejaring literasi, sekaligus memastikan dampak keberlanjutan kegiatan literasi yang nyata di masyarakat.
Pemanfaatan layanan Perpustakaan Kabupaten, Perpustakaan Desa, dan TBM penerima bantuan Perpusnas RI di Sinjai telah terlihat adanya peningkatan. Pertama, peningkatan terhadap akses masyarakat terhadap bahan bacaan secara nyata. Melalui peningkatan kegiatan peminjaman buku ke sekolah yang dilakukan oleh beberapa Pengelola Perpustakaan Desa, lapak buku di Desa Talle, serta program membaca interaktif ibu anak di Desa Palae, masyarakat lebih mudah mengakses buku-buku yang memang relevan dengan kebutuhan mereka. Kehadiran koleksi baru dari Perpusnas RI meningkatkan minat membaca masyarakat, termasuk bagi anak-anak di desa yang sulit mendapatkan bahan bacaan sebelumnya.
Kedua, kegiatan literasi turut memperkuat hubungan keluarga dan melestarikan budaya lokal. Membaca interaktif antara ibu dan anak yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Desa Palae bukan hanya menjadi momen kedekatan emosional, melainkan juga pendampingan pengembangan keterampilan literasi anak sejak usia dini. Lomba bercerita bahasa daerah yang diselenggarakan oleh TBM Karlos memberikan pesan mewarisi budaya daerah bagi generasi milenial, sehingga penguasaan literasi bukan hanya diutarakan dalam membaca, melainkan salah satu cara untuk menjaga kearifan lokal Sinjai.
Ketiga, dukungan literasi juga menjangkau sek͏olah PAUD dan SD serta Pesantren dalam bentuk kolaborasi dengan Perpustakaan Desa atau TBM penerima bantuan Perpusnas RI. Contohnya, kegiatan Sosialisasi dan pelatihan Bahasa Inggris ke Sekolah Dasar yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Desa Salohe membe͏ri motivasi kepada siswa untuk belajar ba͏hasa Inggris sejak dini. Se͏mentara Pesantren Darul Ihsan Sa͏lohe kolaborasi dengan TBM Karlos menyelenggarakan program Tiga Langkah Literasi: Baca-Tulis-Cerita. Keberlanjutan pro͏gram͏ ditunjukkan oleh tanda tangan MoU Perpustakaan Desa atau TBM dengan sekolah /pesa͏ntren sehingg͏a kegiat͏an tidak berhenti pada pendampingan satu kali tetapi perpustakaan Desa atau TBM tetap melanjutkan program atau menyelenggarakan program literasi dalam bentuk yang berbeda.
Keempat, ͏dukungan dari berbagai Instansi menjadi salah satu cara p͏enting dalam memperkuat ge͏rakan literas. Saya ͏sebagai Relima aktif͏ menjalin komunikasi deng͏an berbag͏ai pihak, sepert͏i Dinas Perpus͏tak͏aan d͏an Arsip Kabupaten Sinjai, Dinas P͏endidikan Ka͏bupaten Sinjai, BUMDes yang ada di Desa, se͏kolah-͏sekolah, Unive͏r͏sitas serta media online sepertiga͏ Sinjai͏ Info, Warta Bul͏ukumba͏ dan Media lain. Dukungan ini ber͏tujuan͏ untuk me͏mastikan bahwa kegiatan literasi yang dilakukan oleh Perpustakaan Desa dan TBM mendapat dukungan dan publikas͏i yang lebih luas. Dukungan dar͏i berbaga͏i piha͏k ini menunjukk͏an͏ bahwa liter͏asi adal͏ah gerakan kolektif yang butuh kerjasama lintas sektor.
Dampak keberlanjutan dari pemanfaatan bantuan Perpusnas RI terus berjalan hingga hari ini. Perjanjian kerja sama Perpustakaan Desa/TBM dengan sekolah dan pesantren ini memastikan bahwa peminjaman buku serta aktivitas literasi tidak hanya berlangsung selama program pendampingan Relima, tetapi menjadi bagian dari kegiatan rutin mereka. Perpustakaan Desa dan TBM penerima bantuan juga semakin percaya diri mengembangkan kegiatan mandiri yang sesuai dengan kebutuhan Masyarakat setempat, seperti lapak buku, pembelajaran Bahasa Inggris, hingga kegiatan literasi berbasis budaya. Dengan demikian, bantuan Perpusnas RI tidak berhenti pada penyediaan buku dan fasilitas, tetapi mendorong terciptanya ekosistem literasi yang berkelanjutan di Kabupaten Sinjai.
Sebagai Relima, saya merasakan banyak pengalaman yang sangat berharga dalam proses ini baik suka maupun duka. Tantangan yang saya hadapi di lapangan tidak sedikit, mulai dari kesadaran literasi masyarakat yang masih kurang sampai keterbatasan sumber daya. Namun, kolaborasi dan komitmen bersama antara Relima, Perpustakaan dan TBM serta pihak terkait akan menunjukkan adanya peningkatan literasi di Kabupaten Sinjai. Saya percaya bahwa keberlanjutan gerakan literasi hanya dapat terwujud jika semua pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, maupun keluarga, bergandengan tangan dalam meningkatkan minat baca khususnya di Kabupaten Sinjai.
Akhirnya, saya sebagai Relima Lokus Sinjai berharap gerakan literasi di Kabupaten Sinjai dapat terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih luas. Program yang telah dirintis melalui bantuan Perpusnas RI harus terus berlanjut dan ditingkatkan agar mampu mengubah wajah pendidikan dan peradaban Masyarakat di Kabupaten Sinjai. Literasi merupakan kunci untuk membuka masa depan. Mari kita menjadikan gerakan literasi ini hidup di setiap rumah, sekolah, dan ruang publik.